PENDAHULUAN
Tidak
dapat disangkal bahwa salah satu penyebab utama terjadinya era globalisasi yang
datangnya lebih cepat dari dugaan semua pihak adalah karena perkembangan pesat teknologi
informasi. Implementasi internet, electronic commerce, electronic data
interchange, virtual office, telemedicine, intranet, dan lain sebagainya telah menerobos
batas-batas fisik antar negara. Penggabungan antara teknologi komputer dengan
telekomunikasi telah menghasilkan suatu revolusi di bidang sistem informasi. Pada
kenyataanya perkembangan teknologi informasi khususnya internet mengalami
kemajuan yang sangat baik dan bisa dirasakan oleh masyarakat banyak umumnya,
khususnya masyarakat indonesia tanpa terkecuali dewasa ini masyarakat indonesia
yang berada di daerah pun dan jauh dari perkotaan kini bisa dengan mudah mendapatkan
layanan dari informasi yang ditawarkan oleh internet tersebut. namun tidak sedikit
pula resiko yag akan didapat dengan menggunakan layanan internet, akan tetapi itu
tergantung kepada kita sendiri mau diarahkan kemana tekhnologi informasi
seperti internet ini kita gunakan.
Pertama, pergeseran dalam pola berpikir,
bersikap,
dan bertindak meliputi ranah sistem produksi barang, strategi pemasaran,
sistem
publikasi, dan ragam hiburan. Mengapa demikian? Sebab dalam konteks
abad ini
ditandai adanya sistem pabrikasi, pemasaran, dan persaingan hidup yang
lebih
ketat, serta dapat menstimulasi munculnya kebutuhan berorganisasi
secara multinasional. Di samping itu, percepatan pergeseran
pola
pikir, bersikap dan bertindak ini dipicu oleh adanya tuntutan stock market
yang saling
mempunyai ketergantungan (interdependence) antara kelompok
masyarakat, bangsa, negara yang satu dan yang lain.
Sifat ketergantungan
tersebut menuntut adanya kemauan dan strategi antarkelompok
dalam berinteraksi.
Tuntutan transformasi pola berpikir, bertindak dan bersikap
dalam
berinteraksi dari yang bersifat liniermekanistik ke pola berpikir
sintetik (creative thinking) diikuti dengan munculnya watak
budaya
baru. Misalnya, pada suatu peradaban teknologi pertanian
yang dikenal dengan kiasan ”small is beautiful”, peradaban
industri
lebih populer dengan kiasan ”big is beautiful”, dan ”small within
big is beautiful” sebagai kiasan yang populer pada peradaban
informasi.
Kedua, pergeseran pada percepatan perkembangan dan
pemanfaatan Ipteks yang berdampak pada perubahan sosial budaya
dalam
kancah kehidupan. Fenomena ini sebagaimana yang terjadi pada pemanfaatan
dan
perkembangan dalam aplikasi Ipteks. Misalnya, pada bidang teknologi informasi,
sebagai representasi
temuan, pemanfaatan, dan pengembangan dalam teknologi
komputer.
Beberapa tahun lalu dikenal dengan pemanfaatan dan pengembangan
teknologi ‘Chip
Pentium’. Karakteristik teknologi ‘Chip Pentium’ ini hadir dengan‘bytes’
yang tidak dapat dicegah perambatannya dengan batas fisik
geografis. Perambatan hanya dapat dicegah dengan
sistem dan
perangkat teknologi yang lebih canggih (Subijanto, 2007). Fenomena dialektika
teknologi
pada perjalanan ruang dan waktu dewasa initelah melahirkan generasi
dan
aplikasi teknologi lebih baru daripada ‘Chip Pentium’, yaitu teknologi
‘nano’. Teknologi itu berpotensi diterapkan di setiap
disiplin
ilmu, seperti mikro biologi, politik, pendidikan, dan sosial.
Teknologi ini hadir dengan ukuran relatif kecil, tetapi memiliki
kapasitas,
kemampuan, mobilitas, penyimpanan dan penyebaran informasi lebih tinggi.
Di sisi
lain, pemanfaatan dan pengembangan teknologi di bidang
genetika juga telah berkembang mengikuti irama fenomena
dialektika
teknologi. Hal itu ditandai dengan ditemukannya teknologi
‘kloning’, baik teknologi sistem ‘kloning’ pada hewan atau
pada
manusia sebagai objeknya. Fakta ter117 Sosok Manusia Indonesia
Unggul dan Berkarakter dalam Bidang Teknologi sebagai Tuntutan Hidup
sebut merupakan
perkembangan dan penemuan teknologi rekayasa dalam bidang genetika
yang dapat
dikatakan cukup dramatis dan spektakuler. Pengembangan teknologi
rekayasa
genetika berpotensi mengubah arah dan pola kehidupan makluk penghuni
jagat
raya. Misalnya, perkembangan teknologi bidang ‘biomedis’,
tidak hanya berhenti pada rekayasa genetika, tetapi berpotensi
berkembang
ke arah mengubah alternatif strategi pengobatan atas berbagai penyakit,
proses reproduksi,
dan potensi menjadi stimulan munculnya berbagai jenis dan
kualitas
alternatif produk makanan.
Ketiga, pertumbuhan pemenuhan kebutuhan
hidup
bergantung pada tingkat penguasaan pengetahuan (knowledge capital),
yaitu knowledge
based economy, dan knowledge based industry, knowledge based
education, dan knowledge
based society (Hadiwaratama, 2007). Dalam konteks ini, bangsa
yang menguasai
pemanfaatan, penelitian dan pengembangan pengetahuan, teknologi,
dan seni
berpotensi dapat “menguasai dunia”. Fenomena ini ditandai dengan indikator
adanya:
(1) kemampuan dan penguasaan Ipteks menjadi indikator utama
tingkat kesejahteraan
hidup manusia; (2) perubahan orientasi persaingan dari keunggulan
komparatif
(sumberdaya alam) ke arah keunggulan kompetitif (sumberdaya
manusia);
(3) pergeseran tolok ukur mindset dalam masyarakat yang
lebih berorientasi pada dikotomi kelompok kaya (the have)
dan miskin
(the haves not) bergeser ke orientasi pada dikotomi kelompok
masyarakat berpengetahuan (the knows) dan tidak
berpengetahuan
(the know not); (4) pergeseran tolok ukur dalam
persaingan dalam industri, yaitu dari nuansa persaingan ’industri
yang besar
memakan industri yang kecil, bergeser orientasi persaingan dari
nuansa industri
yang cepat akan memakan industri yang lambat’; dan (5) pergeseran
mindset
dan
prinsip dalam suatu masyarakat dari orientasi prinsip back to basics ke
orientasi
prinsip the forward to future basics dalam upaya memenuhi
dan mengembangkan kebutuhan hidup.
Keempat, terjadi pergeseran ranah persaingan yang tidak
hanya pada keunggulan kuantitas, kualitas dan aksessibilitas
suatu produk
atau jasa, atau sistem dalam pemenuhan kebutuhan kehidupan, tetapi
mengarah
pada keunggulan dalam hal kecepatan, fleksibilitas, dan
kepercayaan (Saryono, 2004). Kecepatan dan fleksibilitas dalam
hal ini berorientasi
pada kecepatan dan fleksibilitas untuk merespon berbagai dinamika
kebutuhan
dan variasi selera masyarakat (pasar) yang berkembang sesuai dengan
laju
fenomena dialektika teknologi. Faktor kecepatan dan fleksibilitas menjadi
kunci dalam
keberhasilan menguasai ranah persaingan di berbagai bidang pemenuhan
kebutuhan.
Di samping itu, kunci persaingan tersebut lebih bernilai tambah dalam
upaya memenangi
kompetisi di era global bila ditunjang dengan kemampuan dan kepercayaan
yang
difasilitasi oleh kemampuan melakukan learning how to learn dan networking.
Kelima, pergeseran sistem kerja, dari
sistem kerja
yang bertumpu pada kekuatan individu ke arah tumpuan sistem kerja tim
(kerja
kelompok), upaya peningkatan efektivitas, efisiensi,
produktivitas, dan kemenarikan dalam pemecahan masalah lebih
ditentukan
oleh keberhasilan kerja tim (Mukhadis, 2009). Hal itu ditandai adanya
fenomena
yang menjadi sertaan dari dinamika era global, yaitu
adanya tuntutan saling ketergantungan antarindividu, kelompok
masyarakat,
bangsa atau negara dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.
Termasuk
dalam hal ini kemampuan dalam mempertinggi survival dan berkembang
sesuai
tuntutan fenomena dialektika 118 Jurnal
Pendidikan Karakter, Tahun III, Nomor 2, Juni 2013
yang
menjadi ciri kehidupan di era global. Perubahan-perubahan
dari ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dipandu
dan difasilitasi
oleh dinamika fenomena tuntutan upaya pemenuhan kebutuhan hidup
di era
global ini, dapat menimbulkan berbagai dampak, baik secara langsung
atau tidak
langsung. Dampak dari strategi pemenuhan kebutuhan hidup, yaitu akan
terjadi
adanya perubahan yang begitu cepat antara proses
investasi dan re-investasi, perubahan tuntutan struktur dan tingkat
kompetensi
dalam berbagai bidang. Pergeseran dialektika yang dinamis sebagai tuntutan
dinamika
kehidupan sejalan dengan laju fenomena dialektika pengembangan
dan
peradaban teknologi sebagai alternatif pemecahan masalah yang
dihadapi.
PERILAKU
BUDAYA ORGANISASI
Minat
perilaku (behavioral intention) adalah suatu keinginan (minat) seseorang untuk
melakukan suatu perilaku tertentu. Seseorang akan melakukan suatu perilaku (behavior)
jika mempunyai keinginan atau minat (behavioral intention) untuk melakukannya.
Sikap
terhadap perilaku (attitude towards behavior) juga didefinisikan oleh Mathieson
(1991) sebagai evaluasi pemakai tentang ketertarikannya menggunakan sistem
(”the user’s evaluation of the desirability of his or her using the system.”).
Perilaku
(behavior) adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Dalam konteks
penggunaan teknologi informasi, perilaku (behavior) adalah penggunaan sesungguhnya
(actual use) dari teknologi informasi. Szajna (1994) menyarankan pengguna menggunakan
dilaporkan-sendiri (self-reported usage) sebagai pengganti penggunaan
sesungguhnya (actual usage).
Budaya
organisasi adalah suatu persepsi yang dianut oleh seluruh anggota atau sistem
dari makna bersama. Suatu sistem makna bersama itu sendiri merupakan seperangkat
karakteristik utama yang dianut oleh suatu perusahaan (Robbins,1996). Pada tingkatan
budaya menggambarkan pola atau gaya perilaku suatu perusahaan, sehingga
karyawan-karyawan baru secara otomatis terdorong untuk mengikuti sejawatnya.
Maschi dan Roger (1995) dalam Tjahjono, (2004) menyatakan bahwa budaya
organisasi merupakan seperangkat asumsi-asumsi, keyakinan-keyakinan, nilai-nilai
dan persepsi-persepsi yang dimiliki para anggota kelompok dalam suatu
perusahaan yang membentuk dan mempengaruhi sikap dan perilaku kelompok
tersebut. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji Perilaku Penggunaan Teknologi
Informasi”. Dengan masalah sebagai berikut:
1) Apakah budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap persepsi kemudahan penggunaan?
2) Apakah budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap persepsi manfaat?
3) Apakah budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap minat menggunakan teknologi informasi?
4) Apakah budaya organisasi
berpengaruh langsung terhadap perilaku pengunaan teknologi?
5) Apakah persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh langsung terhadap persepsi manfaat?
6) Apakah persepsi kemudahan penggunaan
berpengaruh langsung terhadap minat menggunakan teknologi informasi?
7) Apakah persepsi manfaat
berpengaruh langsung terhadap minat menggunakan teknologi informasi?
8) Apakah minat menggunakan
teknologi informasi berpengaruh langsung terhadap perilaku pengunaan teknologi
informasi?
PEMBAHASAN
Dengan menggunakan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi , mahasiswa akan dengan cepat mendapatkan ide dan pengalaman dari
berbagai kalangan. Penambahan kemampuan mahasiswa karena penggunaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi akan mengembangkan
sikap inisiatif dan kemampuan belajar mandiri, sehingga mahasiswa dapat memutuskan
dan mempertimbangkan sendiri kapan dan dimana penggunaan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi secara tepat dan optimal, termasuk
apa implikasinya saat ini dan dimasa yang akan datang tahun 2025. Karena itu,
Teknologi Informasi dan Teknologi Komunikasi adalah suatu padanan yang tidak
terpisahkan yang mengandung pengertian luas tentang segala kegiatan yang terkait
dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, dan transfer/pemindahan informasi antar
media. Secara khusus, tujuan mempelajari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah:
1. Menyadarkan mahasiswa akan potensi perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang
terus berubah sehingga mahasiswa dapat termotivasi untuk mengevaluasi dan
mempelajari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
sebagai dasar untuk belajar sepanjang hayat.
2. Memotivasi kemampuan mahasiswa untuk bisa
beradaptasi dan mengantisipasi perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi ,
sehingga mahasiswa bisa melaksanakan dan menjalani aktifitas kehidupan seharihari
secara mandiri dan lebih percaya diri.
3. Mengembangkan kompetensi mahasiswa dalam
menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi untuk mendukung kegiatan belajar, bekerja, dan
berbagai aktifitas dalam kehidupan seharihari.
4. Mengembangkan kemampuan belajar berbasis
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , sehingga proses pembelajaran dapat lebih
optimal, menarik, dan mendorong mahasiswa terampil dalam berkomunikasi,
terampil mengorganisasi informasi, dan terbiasa bekerjasama.
5. Mengembangkan kemampuan belajar mandiri,
berinisiatif, inovatif, kreatif, dan bertanggungjawab dalam penggunaan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi untuk pembelajaran,
bekerja, dan pemecahan masalah seharihari.
DAFTAR PUSTAKA
Lessig,
Lawrence. 2011. Budaya Bebas. Yogyakarta: KUNCI Cultural Studies Center
Eko
Indrajit, Richardus. 1998. "Evolusi Perkembangan Teknologi
Informasi", Renaissance Research Center. Pp. 2-3
Hilderia
Marbun, Debora. "Pemanfaatan Teknologi Sebagai Media Untuk Melestarikan
Budaya dan Nilai Luhur Bangsa Indonesia". http://www.e-jurnal.com/2015/02/pemanfaatan-teknologi-sebagai-media.html (diakses tanggal 3 Juni 2016).
P. Wairisal, Lambertus. “Analisis Perilaku Penggunaan
Teknologi Informasi”. http://www.e-jurnal.com/2013/11/analisis-perilaku-penggunaan-teknologi.html (diakses tanggal 3 Juni 2016).
Mukhadis, Amat. “Sosok
Manusia Indonesia Unggul Dan Berkarakter Dalam
Bidang Teknologi Sebagai Tuntutan Hidup Di Era
Globalisasi”. http://www.e-jurnal.com/2014/02/sosok-manusia-indonesia-unggul-dan.html (diakses tanggal 3 Juni 2016).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar